Depresi merupakan periode yang dialami seseorang ditandai dengan perasaan sedih, perubahan pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, psikomotor, konsentrasi, tidak memiliki semangat, kelelahan, putus asa dan ketidakberdayaan, serta keinginan bunuh diri (Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A, 2010)..

 

Hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) Tahun 2018 menunjukan bahwa prevalensi depresi pada penduduk Indonesia pada rentang usia ≥15 Tahun sebesar 6,1 % dari total penduduk Indonesia, dan Hanya 9% penderita depresi yang minum obat atau menjalani pengobatan medis.

 

Beberapa tanda dan gejala berikut ini dapat menjadi  acuan untuk mengetahui apakah seseorang mengalami depresi atau tidak. Tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain tanda dan Gejala fisik seperti Sakit kepala, Insomnia, Merasa lemah secara umum, Mual, Sesak napas, Masalah pencernaan, Kelelahan dan kekurangan energi, Sering mimpi dan merasa seperti Anda tidak tidur sepanjang malam. Disertai adanya tanda dan gejala psikologis diantaranya rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan, Gejala emosional seperti Lekas marah, Merasa gugup, Suasana hati yang buruk dan kurang motivasi, Hilangnya ketertarikan pada suatu hal, Pikiran tentang pengalaman yang tidak menyenangkan secara berulang-ulang, Perasaan tidak berharga, rendah diri, dan merasa bersalah, Kesulitan berkonsentrasi, Merasa putus asa, Ingin mati atau bunuh diri.

 

Menurut kriteria diagnostik American Psychiatric Association, Anda dikatakan memiliki gangguan depresi bila Anda mengalami 5 atau lebih gejala depresi fisik atau psikologis selama lebih dari 30 hari secara berturut-turut, termasuk suasana hati yang buruk dan rasa kekurangan energi. Anda terus-menerus dibombardir oleh pikiran negatif dan kehidupan sehari-hari Anda terpengaruh secara signifikan.

 

Pikiran negatif  pada penderita depresi,  banyak menjadi penyebab maraknya angka bunuh diri pada penderita, ketika seorang penderita depresi sudah tidak mampu mencari pikiran positif ataupun hal positif dalam dirinya, yang berakibat hilangnya kemampuan untuk mengontrol diri maka yang difikirakan adalah keinginan untuk mengakhiri hidup. Berdasarkan kondisi tersebut dibutuhkan suatu bentuk terapi untuk mengatasi depresi melalui psikofarmaka dengan obat-obatan antidepresan dan psikoterapi salah satunya dengan afirmasi positif.

 

Afirmasi positif merupakan harapan, doa, cita-cita untuk membantu pembentukan gambaran di dalam daya pikir seseorang atau pernyataan penerimaan yang dilakukan diri sendiri (Abdurrahman, 2012). Menurut Chapman (2010), afirmasi sebagai gabungan teknik visual dan verbal menggambarkan keadaan yang disukai pikiran individu, di mana afirmasi yang kuat dapat menjadi sangat kuat.

Pikiran dan afirmasi yang positif akan meningkatkan energi dan membawa hal positif dalam kehidupan seseorang, Afirmasi positif efektif dapat merubah pikiran negatif individu (Harris & Epton, 2009).

Teknik afirmasi meliputi berfokus pada apa yang diinginkan, gunakan waktu sekarang, gunakan kata atau kalimat positif, gunakan kalimat yang spesifik. Sedangkan latihan afirmasi diawali dengan rileks dan menjernihkan pikiran, melakukan afirmasi sesuai dengan teknik dan bisa diperkuat dengan tulisan serta dilakukan sebelum tidur setiap hari. Hasil penelitian menurut Pinilih, Astuti, dan Amin (2014) menunjukkan bahwa teknik afirmasi positif yang efektif dapat merubah pikiran negatif seseorang dan terhindar dari adanya depresi.

Melakukan afirmasi positif yang dikombinasikan dengan spiritual dapat menghindari kita dari munculnya tanda dan gejala depresi, semoga bermanfaat.

Oleh Ike Mardiati Agustin M.Kep.Sp.Kep.J

(Dosen dan Ketua Departemen Keilmuan Keperawatan Jiwa STIKES Muhammadiyah Gombong)

.